Pesona Raja Ampat Terancam Tambang Nikel
NASIONAL


Foto: Aktivis Greenpeace Indonesia membentangkan banner bertuliskan “Nickel Mines Destroy Lives”di acara Indonesia Indonesia Critical Minerals Conference 2025 di Jakarta. (foto:*)
Jakarta, (Berita21.id) - Raja Ampat yang menjadi kawasan eksotis bagi wisatawan dengan keindahan alam dan ekosistem bawah lautnya kini teramcam dengan adanya aktifitas pertambanan Nikel yang dilakukan oleh dua perusahaan tambang yakni PT.GAG Nikel dan PT.Kawei Sejahtera Mining.
Hadirnya dua perusahaan tambang ini diyakini menjadi ancaman serius bagi ekosistem parawisata di Raja Ampat, untuk itu aktivis Greenpeace Indonesia bersama empat anak muda Papua dari Raja Ampat menggelar aksi damai untuk menyuarakan dampak buruk pertambangan dan hilirisasi nikel yang membawa nestapa bagi lingkungan hidup dan masyarakat.
Aksi tersebut berlangsung diacara Indonesia Critical Minerals Conference 2025,yang digelar di Hotel Pullman Jakarta Central Park, Selasa (3/6/2025), dengan membentangkan banner bertuliskan “What’s the True Cost of Your Nickel?”, serta membentangkan spanduk dengan pesan “Nickel Mines Destroy Lives” dan “Save Raja Ampat from Nickel Mining”.
Bukan hanya diruang konferensi, aktivis Greenpeace Indonesia dan anak muda Papua juga membentangkan banner di exhibition area yang terletak di luar ruang konferensi. Pesan-pesan lain yang berbunyi “What’s the True Cost of Your Nickel”, “Nickel Mines Destroy Lives”, dan “Save Raja Ampat the Last Paradise” terpampang di antara gerai-gerai dan para pengunjung pameran.
Dalam siaran persnya Greenpeace Indonesia mengirim pesan bahwa pemerintah Indonesia dan para pengusaha industri nikel yang meriung di acara tersebut, serta kepada publik, bahwa tambang dan hilirisasi nikel diberbagai daerah telah membawa derita bagi masyarakat terdampak.


Foto: Pulau Gag dari udaran (foto:*)
Industri nikel juga merusak lingkungan dengan membabat hutan, mencemari sumber air, sungai, laut, hingga udara, dan jelas akan memperparah dampak krisis iklim karena masih menggunakan PLTU captive sebagai sumber energi dalam pemrosesannya.
Industrialisasi nikel–yang makin masif seiring tren naiknya permintaan mobil listrik–telah menghancurkan hutan, tanah, sungai, dan laut di berbagai daerah, mulai dari Morowali, Konawe Utara, Kabaena, Wawonii, Halmahera, hingga Obi.
Kini tambang nikel juga mengancam Raja Ampat, tempat dengan keanekaragaman hayati yang amat kaya yang sering dijuluki sebagai surga terakhir di bumi,” kata Iqbal Damanik, Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia.
Proses eksploitasi nikel menimbulkan adanya limpasan tanah yang memicu sedimentasi di pesisir–yang berpotensi merusak karang dan ekosistem perairan Raja Ampat–akibat pembabatan hutan dan pengerukan tanah.
Raja Ampat, yang sering disebut sebagai ‘surga terakhir di Bumi’, terkenal karena kekayaan keanekaragaman hayati baik di darat maupun di lautnya terdapat 75 persen spesies coral dunia dan lebih dari 2.500 spesies ikan.
Daratan Raja Ampat memiliki 47 spesies mamalia dan 274 spesies burung. UNESCO juga telah menetapkan kawasan Raja Ampat sebagai global geopark.
Salah satu anak muda Papua Ronisel Mambrasar, tergabung dalam Aliansi Jaga Alam Raja Ampat mengatakan, “Raja Ampat sedang dalam bahaya karena kehadiran tambang nikel di beberapa pulau, termasuk di kampung saya di Manyaifun dan Pulau Batang Pele.
Tambang nikel mengancam kehidupan kami. Bukan cuma akan merusak laut yang selama ini menghidupi kami, tambang nikel juga mengubah kehidupan masyarakat yang sebelumnya harmonis menjadi berkonflik.
Sementara itu Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia berjanji memanggil pemegang izin tambang nikel di Raja Ampat, ini dilakukan usai Bahlil menerima masukan terkait izin usaha pertambangan (IUP) nikel yang dinilai merusak ekosistem pariwisata Raja Ampat. (*)


Foto: Foto uang 100 dgn raja ampat. (Foto:*)